Rabu, 28 September 2016

Cara Menerbitkan Novel: Menulis Novel Pun Butuh Riset

Cara Menerbitkan Novel: Menulis Novel Pun Butuh Riset

cara menerbitkan novel

Cara menerbitkan novel yang berkualitas pastinya berdasarkan pada pengalaman riset yang kuat oleh penulisnya.


Cara menerbitkan novel
ada beberapa tahap. Namun yang bisa saja dilupakan adalah tahap untuk riset. Sebagaimana cara menulis karya ilmiah, cara menerbitkan novel pun perlu dilakukan riset sebelum dilakukan penulisan dan penerbitan di penerbit buku. Jika riset kurang, maka pengetahuan penulis novel untuk menulis novel dan melakukan cara menerbitkan novel akan terbatas. Misalnya, seseorang yang kehidupannya jauh dari lingkungan nelayan, ia akan kesulitan mengeksplor kisah nelayan untuk novelnya. Maka dari itulah, riset perlu dimasukkan ke tahap awal dalam cara menerbitkan novel.

"Riset atau penelitian sering dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. Penyelidikan intelektual ini menghasilkan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah laku, teori dan hukum serta membuka peluang bagi penerapan praktis dari pengetahuan tersebut. Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan suatu koleksi informasi menyeluruh mengenai suatu subyek tertentu, dan biasanya dihubungkan dengan hasil dari suatu ilmu atau metode ilmiah. Kata ini diserap dari kata bahasa Inggris research yang diturunkan dari bahasa Perancis yang memiliki arti harfiah "menyelidiki secara tuntas"." - wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

Riset dalam cara menerbitkan novel seperti apa yang dilakukan, tergantung dengan kebutuhan novel yang akan Anda buat dan yang disukai penerbit buku. Anda bisa datang dan melakukan pengamatan di tempat-tempat yang tepat dan ngobrol dengan orang yang tepat. Dengan cara ini, novelis tidak akan mati gaya lagi, tidak akan terlalu lama berhenti pada suatu jeda stagnasi. Dan dengan metode ini juga, tentu novel yang kita bangun akan jauh lebih hidup, lebih nyata. Pada akhirnya seorang novelis akan tumbuh bersama masalah-masalahnya yang ditemui di sepanjang perjalanan penulisan. Masalah-masalah yang menunjukkan padanya pada kebutuhan-kebutuhannya, yang pada gilirannya mengantarkannya pada jawaban-jawaban.


Sebagaimana yang dijelaskan Yuliarti (2009), novel yang bagus dilahirkan dari riset. Apa saja yang perlu diperhatikan pada riset pada cara menerbitkan novel di penerbit buku ini? Ada tiga hal yang bisa diperhatikan, pertama, mengenai topik karangan; kedua, di luar topuk karangan; ketiga, dari coret-coretan. Mengenai topik karangan, ini tentang seberapa jauh Anda mengenal topik karangannya. Apa ada unsur kisah hidupnya dalam karangan Anda? Kalau ada berarti lebih mudah untuk memberi gambaran yang hidup. Kalau tidak, maka Anda perlu cari tahu sebanyak mungkin dari referensi bacaan maupun dari wawancara dengan orang yang tahu. Lalu mengenai di luar topik karangan, ini terkait berapa banyak buku yang sudah Anda baca. Anda perlu membaca sebanyak mungkin bahan, baik itu novel, nonfiksi, self-help, majalah, dan koran. Bacaan yang kaya, meskipun bacaan itu tidak menyinggung topik karangan Anda secara langsung, akan memberi warna pada karangan.


Terakhir mengenai coret-coretan. Dengan membuat coretan-coretan terlebih dahulu, Anda bisa menemukan gaya bahasa Anda sendiri. Anda bisa melakukannya pada kertas. Biarpun tidak membuat alur yang terlalu saklek seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Anda tetap perlu membuat coret-coretan.
Demikian artikel berjudul Cara Menerbitkan Novel: Menulis Novel Pun Butuh Riset. Semoga bermanfaat.

[BN]

Sumber:



  1.       Arimbi Bimoseno. Seni Menulis: Novel Mati Gaya. <kompasiana.com>.  
  2.   2  Yuliarti, Nurheti. 2009. Menjadi Penulis Profesional: Kiat Jitu Menembus Media Massa dan Penerbitan. Yogyakarta: Medpress.


Kursus Menulis Online: Keuntungan Mengikuti Kursus Online

Kursus Menulis Online: Keuntungan Mengikuti Kursus Online


Kursus menulis online | penerbit buku | Mengikuti kursus online memberikan keuntungan bagi Anda di dunia tulis-menulis dan penerbitan buku.


Kursus menulis online mampu memberikan kesempatan kepada calon penulis atau Anda yang ingin belajar menulis untuk berlatih cara membuat buku sampai bisa diterbitkan oleh penerbit buku. Beberapa kursus menulis online memang mensyaratkan pesertanya untuk membayar terlebih dahulu. Akan tetapi, modal yang Anda keluarkan akan sebanding dengan bobot ilmu yang akan Anda dapatkan.
Teknis kursus menulis online, karena online, maka memanfaatkan fitur-fitur internet, khususnya chatting. Fungsi chatting ini bisa ditemui di media sosial seperti Facebook. Selain itu, bisa juga chatting menggunakan aplikasi chatting pada smartphone, misalnya Whatsapp. Seperti halnya training pada umumnya, di kursus menulis online pun juga ada moderator dan pemateri.
Berikut ini adalah beberapa keuntungan yang Anda dapat jika mengikuti kursus menulis online

1. Hemat Uang Transport
Dengan mengikuti kursus menulis online, Anda tidak perlu datang ke tempat kursus secara fisik. Dengan bantuan teknologi informasi, Anda bisa mengikuti kursus menulis online dengan berada di daerah asal atau tempat tinggal Anda sendiri. Tentu saja, Anda tidak perlu menghabiskan banyak untuk transportasi, apalagi penginapan demi mengikuti kursus menulis online.

2. Kursus Menulis Online Bisa Diikuti dengan Santai
Seperti penjelasan sebelumnya, Anda tidak perlu datang ke tempat kursus. Cukup menghadap layar komputer, tablet, atau smartphone, Anda tetap bisa mengikuti kursus menulis online. Tempat pun bisa Anda yang tentukan selama ada koneksi internet. Bisa di café, rumah, atau tempat-tempat nyaman lainnya. Coba saja Anda bayangkan, Anda mengikuti kursus menulis online sambil tiduran, duduk-duduk, mendengarkan music, dan minum kopi.

3. Kursus Menulis Online Bisa Disambi
Disambi, kata dasarnya adalah ‘sambi’. Sambi atau menyambi artinya melakukan pekerjaan lain di samping pekerjaan pokok pada waktu senggang; melakukan kegiatan rangkap (kbbi.web.id). Ya, Anda bisa mengikuti kursus menulis online sambil mengerjakan pekerjaan yang lain. Seperti yang pernah ditemui penulis, ada peserta kursus menulis online yang menyambi mengasuh anak. Selain itu pun Anda tetap bisa mengikuti kursus menulis online sambil membaca buku, mengerjakan tugas kantor, dan berkumpul bersama keluarga.
Meski begitu, perlu Anda diingat bahwa yang lebih baik jika mengikuti kursus menulis online yang diadakan penerbit buku secara fokus tetapi jangan lupa untuk santai juga. Dan, perlu diingat juga, jangan sampai kursus menulis online Anda ikuti ketika sedang mengendarai kendaraan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Demikianlah artikel berjudul Kursus Menulis Online: Keuntungan Mengikuti Kursus Online ini. Semoga Anda tertarik untuk mengikuti kursus menulis online. Aktif lah untuk mencari info kursus menulis online. Di samping itu, Anda pun bisa mengikuti kabar di Facebook kami. Sewaktu-waktu, Anda bisa mendaftar untuk mengikuti kursus menulis online yang akan kami buka.

 [BN]

Jumat, 09 September 2016

Cara Membuat Ebook bersama Penerbit Buku:Mengatur Kerangka Pikiran

Cara Membuat Ebook bersama Penerbit Buku: Mengatur Kerangka Pikiran


cara membuat buku

Cara membuat ebook atau buku memakan waktu cukup lama dalam menulis buku sebelum dikirim ke penerbit adalah mengurutkan kerangka pikiran.



Cara membuat ebook bersama penerbit buku dengan mengatur urutan kerangka berpikir itu sifatnya penting ketika kita ingin menulis buku. Meski begitu, penulis tetap diperbolehkan menulis bebas. Maksudnya mengurutkan bukan semata-mata – penulis harus menulis sesuai urutan yang berlaku, namun lebih kepada penempatan posisi ketika gagasan pokok setiap komponen tulisan tela terbentuk. Misalnya, penulis ingin membuat penelitian tentang perkawinan silang antara ayam dengan kalkun dan yang ada dipikiran penulis adalah kandungan gizi telurnya. Tulis saja! Yang terpenting adalah ketika sudah menemukan setiap kepingan gagasan pokok tersebut, penulis paham bagaimana cara mengurutkannya.
Manusia pada dasarnya secara alamiah memiliki urutan jalan pikirnya – termasuk dalam melakukan cara membuat ebook. Jalan pikiran ini sifatnya tidak bisa diubah karena mengubahnya hanya akan membuat hancur topik yang dibahas. Berikut ini asas-asas umum urutan jalan pikiran manusia, termasuk seorang penulis:

Cara membuat ebook dan buku bersama penerbit memakan proses yang tidak sebentar. Bagai membuat bangunan, cara membuat buku juga diawali dengan sebuah pondasi dasar agar bangunan itu tetap solid. Setiap pondasi pula memiliki macam-macam jenisnya. Pondasi ini digunakan pula saat ingin menulis buku agar buku tersebut jelas arahnya. Ketika membangun sebuah bangunan, tidak mungkin kita membangun atapnya dahulu terus tiba-tiba dasarannya, lalu peletakkan tiang, dan akhirnya flooring. Agar kita dapat mengetahui kalau itu ‘bangunan’ untuk sebagai tempat tinggal, ibadah, belajar, penampungan, dan sebagainya.


1. Urutan Logis
Urutan logis adalah urutan yang berdasarkan dialektika pikiran dengan mencari hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa-peristiwa lainnya – antara kenyataan dengan kenyataan lain, antara kebenaran dengan kebenaran lain, antara pernyataan dengan pernyataan lain, dan lain sebagainya. Kesimpulanya, urutan logis adalah urutan yang inheren atau melekat pada ciri pikiran kita sendiri, yang menginginkan agar segala sesuatu berkaitan secara logis dan masuk akal.
  • Urutan biasa luar biasa, adalah urutan yang menguraikan hal-hal yang biasa, lumrah, dikenal umum, diterima untuk umum untuk sampai kepada hal-hal yang luar biasa, aneh, unik, dan mengagetkan. Urutan ini biasanya digunakan untuk meyakinkan pembaca atas suatu kebenaran menjadi kebenaran yang unik dan lain daripada yang lain. Urutan ini adalah salah satu trik khusus untuk menulis buku bersifat persuasif.
  • Urutan sebab akibat (kasual), adalah urutan yang digunakan ketika penulis ingin mengambil sudut pandang kejadian yang telah terjadi. “Ada sebab ada akibat”, begitulah kata pepatah. Berdasarkan hal itu, urutan pertama yang terjadi pastinya adalah sebab yang menjadi pemicu kejadian tersebut. Lalu, akibat datang di akhir tindakan.
  • Urutan sarana tujuan (final), adalah urutan yang kerap digunakan ketika menulis buku tutorial. Misalnya buku tentang pembudidayaan lele. Pastinya ada saat dimana kapan benih harus disebar, lele diberi makan, lele itu berkembangbiak, dan lele dipanen. Proses menuju panen inilah tujuan akhir dari urutan.
  • Urutan umum khusus (deduktif), adalah urutan yang digunakan saat melakukan penelitian khusus terhadap pemetaan generalitatif. Misalnya: melakukan penelitian terhadap lunturnya budaya adat Jawa, lalu masuk kepada golongan tertentu, dan akhirnya mencoba menemukan solusi dari intisari setiap elemen yang berkaitan.
  • Urutan khusus umum (induktif), adalah urutan yang digunakan saat melakukan pemetaan yang bersifat generalisasi. Misalnya: mengadakan pengelompokan-pengelompokan terhadap dunia hewan para ahli mulai meneliti hewan-hewan secara individu, kemudian menggabungkannya menjadi keluraga, species, dan sebagainya.

2. Urutan Alamiah
Urutan alamiah adalah urutan yang otomatis tertanam di dalam pikiran manusia. Urutan tersebut terjadi menurut hukum ruang dan waktu yang ada. Dalam kata lain, urutan tersebut dibagi menjadi: urutan lokal (ruang), dan urutan kronologis (waktu).
  • Urutan lokal, adalah urutan yang digunakan dalam tulisan yang bersifat deskriptif sehingga urutan ini bersifat penting. Secara alamiah, manusia akan mengikuti alur urutan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dan sebagainya maupun sebaliknya. Hal yang dimaksud adalah aspek linear yang terbangun. Tidak mungkin jika secara alamiah manusia dari atas tiba-tiba serong kiri belakang, karena tidak linear. Contohnya: survey tentang kesiapan MEA dimulai dari satu RT, ke RW, lalu ke kelurahan, lalu ke kecamatan, kabupaten, hingga provinsi.
  • Urutan Kronologis, adalah urutan yang didasari berdasarkan waktu. Urutan ini masih dibagi menjadi dua: urutan obyektif dan

Urutan subyektif, adalah urutan kejadian berdasarkan batin si penulis. Urutan tersebut sifatnya tidak dapat diketahui jika penulis tidak mengutarakannya (pribadi). Urutan ini biasanya memuat pendapat, cerapan batin, dan sebagainya, serta lazim diterapkan dalam karangan ulasan atau opini.

Urutan obyektif, adalah urutan kejadian-kejadian yang terjadi di luar penulis. Maksudnya kejadian tersebut diketahui oleh khalayak umum, dan disusun berturut-turut menurut waktunya terjadi. Urutan ini lazim digunakan ketika menulis sejarah.


Pada akhirnya, tetap ada kaidah tanpa sadar yang harus penulis jaga jika ingin bukunya laris. Semua hal yang ada di luar dan di dalam diri penulis selalu dapat menjadi inspirasi. Jangan kubur intelektual Anda karena tidak ingin menulis buku! Tanamkan semangat bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat dibagikan kepada sesama. Semoga artikel tentang Cara Membuat Ebook bersama Penerbit Buku: Mengatur Kerangka Pikiran ini bermanfaat dan selamat menulis buku! Semoga segera bertemu dengan penerbit buku yang sesuai dengan harapan Anda.

[Mas]

Referensi:
A. Widyatarmaka BA, 1996, Kreatif Mengarang, Yogyakarta: Penerbit Kanisius..


Baca juga:

Cara Membuat Buku: Mengenal Kerja Layouter di Penerbit Buku

Cara Membuat Buku: Dari Ide Sampai Dijilid Penerbit Buku

Cara Membuat Buku: Dari Ide Sampai Dijilid Penerbit Buku

cara membuat ebook

Cara membuat buku perlu dilakukan oleh penulis dan penerbit buku sampai setiap buku harus memiliki isi yang menarik sehingga pembaca tertarik untuk mendalami isinya.


Cara membuat ebook yang baik adalah cara membuat buku yang mampu mentransformasikan isinya dari penulis ke pembacanya. Oleh karena itu, seorang penulis buku yang baik, hendaknya dapat memposisikan dirinya sendiri sebagai pembaca, sehingga ia dapat mengevaluasi tulisannya apakah tulisan tersebut mampu dimengerti oleh pembaca, atau justru sebaliknya.
Cara membuat ebook tidak dapat dikatakan mudah atau sulit.  Hanya saja, dalam pembuatannya ada beberapa langkah yang apabila diikuti akan mempermudah dalam penulisan sebuah buku.  Berikut adalah 10 langkah dalam membuat buku dari ide sampai penjilidan.
1. Mulai menulis konsep
Saat pertama menulis buku, buku tersebut belum tentu berhasil ditulis dengan baik.  Penulis sebaiknya menulis apa-apa yang ingin ia sampaikan melalui tulisan.  Akan tetapi jangan terlalu berbangga pada apa-apa yang telah ia tulis.
Tulisan pertama pada dasarnya masih merupakan tulisan ‘kasar’ artinya tulisan tersebut masih perlu dipelajari dan juga masih perlu dibenahi agar menjadi tulisan yang lebih baik, yang dapat menginformasikan isinya dengan efektif.  Buku yang konsepsional akan memiliki hasil yang lebih baik daripada buku yang tidak dilandasi oleh konsep sama sekali.
2. Fokus pada gagasan
Tahap selanjutnya, saat melakukan cara membuat buku, penulis dan penerbit harus fokus dan memperhatikan pada gagasan yang telah diciptakan. Fokus pada gagasan ini berarti menyelami lebih dalam tentang ilmu dan pemahaman dari gagasan yang akan kita tulis dalam buku. Apabila kita telah menetapkan gagasan apa yang akan kita bahas, untuk memperkuat ilmu yang akan kita representasikan dalam buku yang akan ditulis, kita dapat menambah referensi dari sumber lain, tentunya dengan mencantumkan sumber tulisan agar tidak dianggap sebagai plagiator.
3. Gagasan atau ide
Langkah pertama yang harus diambil adalah mengumpulkan ide atau gagasan dalam menulis buku. Misalnya, ide untuk membuat buku paduan praktik kerja lapangan. Gagasan ini mucul dikarenakan adanya fenomena yang berlangsung di tempat bekerja.  Fenomena yang berlangsung adalah tidak adanya pelatih untuk memberi pelatihan kepada siswa maupun mahasiswa yang mengikuti program PKL di tempat kerja tersebut.
Fenomena tersebut melahirkan sebuah gagasan menarik yaitu cara membuat ebook panduan kegiatan praktik kerja lapangan yang harus dilakukan oleh peserta PKL. Dengan demikian, peserta PKL mendapatkan informasi tertulis dari buku panduan tersebut, tanpa perlu melibatkan terlalu banyak karyawan yang masih harus melakukan tugas lain.
4. Membuat kerangka buku
Seperti halnya sebuah karangan, dalam melakukan cara membuat buku hendaknya dibuat kerangkanya terlebih dahulu.  Hal ini dilakukan agar penulisan terarah dan tetap fokus pada gagasan yang akan disampaikan, tidak melenceng ke persoalan lain yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam buku tersebut.
Kerangka juga mempermudah dalam penulisan dan penyusunannya. Dengan adanya kerangka dari buku yang akan dibuat, penulis akan lebih terarah dalam menulis buku, sehingga isi dari buku tersebut akan tertuju jelas pada hal-hal yang akan dijelaskan.
5. Pelajari tulisan
Hal yang paling sulit dilakukan oleh seorang penulis, adalah menilai tulisannya sendiri.  Secara alamiah mereka dapat menilai bahkan mengritik tulisan orang lain, akan tetapi mereka terkadang kurang dapat menilai tulisan mereka apalagi mengritik tulisan mereka sendiri.  Kendati demikian, setelah menulis suatu buku, sebaiknya tulisan itu dibaca kembali.  Biasanya, saat membaca kembali isi buku yang telah kita tulis, kita akan menemukan banyak kesalahan dalam tulisan tersebut.
Untuk lebih meyakinkannya, sebagai penulis dari sebuah buku, ada lebih baiknya kita meminta beberapa orang untuk membaca buku yang telah kita tulis.  Orang-orang tersebut dapat kita minta pendapatnya dan memberitahu kesalahan-kesalahan yang ada pada buku, dengan demikian kita akan lebih mudah dalam memperbaikinya.
6. Pengeditan
Ketika revisi telah dilakukan, hal terakhir dalam menulis buku adalah ‘editing’ atau pengeditan.  Pengeditan dilakukan untuk membenahi penulisan (apabila ada penulisan ataupun penggunaan kosakata yang salah) juga membenahi tata letak tulisan dan penyusunan tulisan tersebut agar memiliki estika yang dapat menarik minat pembacanya.  Ketika pembaca telah memiliki minat untuk mengetahui isi dari tulisan tersebut, maka akan lebih mudah bagi mereka mengerti maksud dari tulisan yang kita buat.
7. Improvisasi tulisan
Setelah mempelajari tulisan yang telah ada dan mengetahui adanya kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam tulisan, atau justru dalam tulisan tersebut terdapat hal-hal yang kurang perlu sehingga harus dieliminasi dari isi buku.  Kita harus mengimprovisasi tulisan tersebut.  Caranya, tentu saja dengan mengeliminasi hal yang dianggap kurang penting, memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penulisan maupun penyusunan buku, serta memilih kosakata yang lebih baik, lebih efisien namun tidak mengurangi estetika dalam pengemasan tulisannya.
8. Penjilidan
Setelah penyususnan buku telah selesai, maka buku pun siap dijilid.  Telah banyak tempat yang memberikan jasa penjilidan sehingga Anda dapat menggunakan jasa tersebut, misalnya di tempat foto kopi atau percetakan.  Atau bila memungkinkan, Anda dapat menjilid sendiri, apabila Anda mampu untuk itu.
Namun sudah banyak penerbit yang terjangkau dan berkualitas tinggi. Sehingga kita dapat menggunakan jasanya agar buku kita lebih terlihat berkualitas dan tidak asal-asalan.
  1. Proses lay-out dan desain cover
Penampilan dari sebuah buku sangatlah mempengaruhi penyampaiam informasi yang terkandung di dalamnya.  Untuk itulah, selain isi, kemasan dari buku tersebut perlu diperhatikan lebih serius.  Paduan warna, kesesuaian jenis huruf, ketepatan ukuran huruf, penggunaan table, grafik, gambar dan lain sebagainya juga menentukan kualitas buku yang dibuat.  Tampilan isi buku yang menarik (dengan adanya perpaduan warna, pengaplikasian animasi dsb) akan merangsang indera pelihat agar tidak bosan saat membaca buku tersebut.  Dengan demikian, isi pun akan mudah tersampaikan. Proses Layout dan desain cover bisa ditangani oleh penerbit buku
Hal lain yang harus diperhatikan adalah desain cover. Jilid buu, harus dirancang mewakili informasi yang terkandung dari isi buku tersebut.  Cover yang menarik dapat menumbuhkan minat untuk mengetahui lebih lanjut apa yang disampaiakan dalam isi.
  1. Revisi
  2. Revisi perlu dilakukan untuk memperbaiki semua tulisan. Dalam beberapa kasus, biasanya saat revisi banyak penulis mengatakan revisi sama dengan penulisan ulang sebagian maupun seluruh isi buku. Revisi ini bertujuan untuk membuat suatu karya tulis agar lebih baik dari sebelumnya. Di penerbit sendiri, penulis diberi kesempatan untuk melakukan revisi jika penulis belum yakin dengan kualitas tulisannya.

Demikian artikel Cara Membuat Buku: Dari Ide Sampai Dijilid Penerbit Buku. Semoga bermanfaat.
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku dan sedang mencari penerbit? Dengan menjadi penulis kami, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini http://goo.gl/tCQYho  [Km]


Baca juga:

Cara Membuat Buku: Mengenal Buku Berbentuk E-book

Cara Menulis Buku Digital: Mengenal Buku Berbentuk E-book

Cara Menulis Buku Digital: Mengenal Buku Berbentuk E-book

cara menulis buku


Cara menulis buku digital saat ini bisa dilakukan oleh penulis dan penerbit buku. Menulis buku tidak hanya menggambarkan kondisi menulis dan mencetak pada kertas.


Cara menulis buku digital adalah salah satu dampak dari era digitalisasi di bidang literasi. Zaman sekarang, maksud dari menulis buku itu bukanlah seorang yang menuliskan sesuatu di atas kumpulan lembaran kertas, melainkan mengetik sesuatu di depan monitor

Dunia maya saat ini memang menjadi suatu trend dan sangat memudahkan orang-orang untuk melakukan pekerjaan atau membuka bisnis, bahkan untuk seorang penulis dan penerbit buku. Penulis dan penerbit buku masa kini dapat menyebarkan tulisan-tulisannya dengan mudah dan gampang dengan melakukan cara menulis buku digital. Walaupun demikian, ada kelebihan dan kekurangan yang patut diperhatikan jika ingin melakukan cara menulis buku digital.

Ada banyak tata cara menulis buku digital. Akan tetapi, yang terjadi setelahnya masih jarang untuk dibahas. Apa yang akan Anda lakukan setelah menyelesaikan buku Anda? Mengirimkan naskahnya ke penerbit buku? Setelah itu, apakah Anda ingin melakukan cara menulis buku digital untuk dapat diunggah ke dunia maya? Bagi Anda yang ingin memperluas jangkauan pasar buku Anda, sebaiknya pahami dahulu tentang hakikat ebook itu sendiri.

Pengertian
E-book adalah singkatan dari Electronic Book atau buku elektronik, yang tidak lain tidak bukan adalah sebuah bentuk digitalisasi buku. Media ini dapat diakses melalu perangkat komputer, smartphone, atau tabletE-book ini berupa file dengan format semacarm: .pdf (portable document format) yang dapat dibuka dengan program Acrobat Reader, bentuk format html, yang dapat dibuka dengan browsing atau internet eksplorer secara offline, bahkan format .exe ataupun teks word polosan. Meskipun begitu, Mayoritas e-book menggunakan bentuk format pdf, karena lebih aman dan nyaman.


Kekurangan
  • Membutuhkan perangkat yang telah terkomputerisasi. Untuk dapat melakukan cara menulis buku digital menikmati buku digital, kita wajib memiliki perangkat-perangkatnya dahulu. Perangkat tersebut dapat berupa komputer, laptop, netbook, tablet PC ataupun sekelas iPad bahkan smartphone. Hingga terkadang kita membutuhkan waktu yang cukup lama hanya untuk membukanya, sedangkan buku biasa dapat langsung kita buka dan tutup sesuka hati.
  • Boros energi. Walaupun diklaim ramah lingkungan, ternyata buku digital cukup boros energi karena memakan daya listrik. Listrik yang dipakai untuk perangkat pembaca buku digital tersebut juga tidak sedikit. Apalagi perangkat tersebut digunakan pula untuk selain membaca buku.
  • Berlama-lama di depan monitor. Biasanya jika ingin membaca buku kita ingin dalam kondisi nyaman, seperti tiduran, duduk santai di sofa, dan tiduran di lantai. Hal ini tidak bisa kita lakukan dengan e-book, karena kita harus menatap PC atau laptop, dan terkadang kita tidak tahan untuk berlama-lama menatap monitor. Bahkan dengan perangkat tablet sekalipun, kita pasti akan merasakan panasnya perangkat tersebut jika digunakan terlalu lama.
  • Berisiko merusak mata lebih cepat daripada buku konvensional. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kegiatan yang dilakukan di depan monitor cukup merusak mata. Tidak seperti buku konvesional, buku digital mengeluarkan cahaya yang cukup rentan merusak mata, dan juga radiasi dari perangkat tersebut.
  • Terlalu banyak jenisnya. Ada berbagai format, yang terlihat dari extension filenya seperti pdf, txt, doc, chm, dejavue, iSilo, dan lain-lain. Hal ini membuat dibutuhkan berbagai aplikasi berbeda untuk membukanya maupun membuatnya. Misal untuk format PDF, untuk membacanya umumnya menggunakan Acrobat dari Adobe. Untuk cara menulis buku digital menggunakan aplikasi sejenis PDF writer. Tentu saja akan sangat menjengkelkan jikalau buku yang kita ingin baca di-convert ke dalam format yang tidak dapat kita buka dengan aplikasi kita.
  • Tingkat keamananCyber crime, zaman sekarang tidak mengenal batas dan waktu. Bahkan dengan anti-virus atau anti-malware yang ada, jenis-jenis virus-virus jahat yang diciptakan manusia juga terus berkembang. Aplikasi dengan ukuran 1 GB saja dapat diretas, apalagi e-book yang ukuran.a tak seberapa.
  • Sensasi. Membaca buku rasanya kurang afdol jikalau tidak mendengar suara “sreek” ketika membuka lembaran baru. Orang-orang yang sering membaca buku pasti sangat memahami hal ini. Maka dari itu, bagi orang-orang yang lebih menyuka sensasi ini, pastilah akan menghindari membaca buku digital.

Kelebihan
  • Harga lebih murah daripada buku konvensional. Ini merupakan salah satu alasan terbesar yang membuat orang lebih memilh buku digital ini daripada buku biasa. Bayangkan saja, harga buku konvensional yang isinya hampir sama dengan 2 sampai 3 kali lipat harga e-book, sedangkan harga e-book sendiri sangatlah murah bahkan bisa diakses secara gratis dari beberapa situs yang menyediakan e-book
  • Ramah lingkungan. Dengan melakukan cara menulis buku digital dan menggunakan e-book kita telah menghemat kertas yang dihasilkan dari pohon. Kita pun juga menghemat tinta, karena e-book tidak memerlukan tinta sama sekali
  • Anti rusak secara fisik. Selama tidak terkena virus, itu pun juga dapat dibersihkan dengan anti-virus. Bayangkan saja dengan buku konvensional yang dapat rusak, sobek, ketumpahan tinta dan berbagai hal yang dapat merusaknya.
  • Mudah dibawa dan memiliki ukuran yang relatif kecil. Kita dapat dengan mudah membawa beribu-ribu e-book hanya dalam flashdisk yang ukurannya mungkin hanya kurang lebih sekitar jari kita. Hal ini dikarenakan ukuran file e-book yang relatif kecil.
  • Menghemat waktu dan tempat kita. Kita dapat menghemat waktu kita karena kita tidak perlu ke toko buku untuk membeli buku. Kita dapat dengan mudahnya mengunduh buku digital tersebut yang disediakan pada website penerbit buku, instansi, dan sebagainya selama ada jaringan internet.
  • Sistem pengiriman yang sangat cepat. Kita dapat melakukan pengiriman e-book dalam hitungan beberapa menit bahkan bisa dalam beberapa detik. Bandingkan dengan buku konvensional yang memerlukan waktu berhari-hari dan angkut sana, angkut sini baik reseller, toko buku, ataupun penerbit buku.


Setiap hal memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bahkan dalam cara membuat buku digital dan penerbitannya, Anda harus mempertimbangkan segala langkah setelahnya. Apakah Anda akan membuat e-book untuk buku Anda, ataupun tidak, itu semua tegantung Anda. Jangan sampai kegiatan menulis buku yang telah Anda lakukan menjadi sia-sia – Bijaklah mengambil keputusan agar tidak menyesal di akhir nanti.

Patut digarisbawahi bahwa kelebihan dan kekurangan tersebut diambil dari sudut pandang pembaca buku digital. Anda juga diperkenankan untuk mencobanya sendiri. Setelah itu, Anda bebas untuk memutuskan langkah Anda selanjutnya.

Demikian post tentang Cara Menulis Buku Digital: Mengenal Buku Berbentuk E-book Semoga artikel ini bermanfaat!

Referensi :
  1. https://izzor.wordpress.com/2011/10/20/kelebihan-dan-kekurangan-e-book-formal/ diakses pada tanggal 22 Juli 2016 pukul 08:33 WIB
  2. http://risalistri.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-kelebihan-dan-kekurangan.html diakses pada tanggal 22 Juli 2016 pukul 08:34 WIB.

[mag]

Kamis, 08 September 2016

Menerbitkan Buku Digital: Footnote Pada Buku

Menerbitkan Buku Digital: Footnote Pada Buku

menerbitkan buku


Menerbitkan Buku Digital | Penerbit Buku | Menerbitkan buku digital membutuhkan footnote demi kredibilitas penulis.

Dalam menerbitkan buku digital, catatan kaki yang dibuat penulis dan diatur penerbit buku bertujuan untuk menyatakan sumber dari kutipan dari data dan argumen. Bisa juga footnote itu berisi komentar tentang sesuatu hal yang dikemukakan ke dalam teks.

Walau hanya sebuah “catatan” semata, peran footnote dalam menerbitkan buku digital sebenarnya cukup besar dalam kegiatan menulis buku. Mengapa? Alasannya adalah setiap catatan kaki yang dibuat berdasarkan sumber referensi yang didapat oleh penulis. Semakin banyak catatan kaki tersebut berarti data yang didapat tidaklah sedikit jumlahnya. Serta, semakin banyak data dengan berbagai sumber referensi akan meningkatkan kredibilitas penulis itu sendiri secara otomatis. Sejatinya, civitas academica tentunya akan lebih memberi trust terhadap buku yang berisikan data valid ketimbang celotehan tak bersumber jelas.

|menerbitkan buku|

Sayangnya, tidak semua penulis dan penerbit buku memahami menerbitkan buku digital dalam hal ini membuat catatan kaki. Alasan paling klasiknya adalah penulis tidak mengetahui ciri-cirinya. Maka dari itu, menurut Drs. Totok Djuroto, M.Si dan Drs.Bambang Suprijadi, M.Si. (dengan beberapa modifikasi dari penulis artikel ini), ciri-ciri catatan kaki atau footnote dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
  • Pengambilan ReferensiCatatan kaki dapat diambil dari sumber-sumber referensi semacam: buku, majalah, surat kabar, dan karangan yang tidak diterbitkan seperti thesis, disertasi, atau ensiklopedi.
  • Penulisan catatan kaki diberi nomor. Bila menerbitkan buku digital dalam satu halaman terdapat lebih dari satu footnote, penulisannya diberi jarak 1 spasi saat dilayout oleh penerbit buku.
  • Penulisan catatan kaki ditempatkan pada halaman yang sama dengan kutipan tersebut dan ditulis dengan jarak 6 karakter dari garis tepi kiri.
  • Jarak khusus (Bagian I). Catatan kaki dengan kalimat pada teks terakhir pada halaman naskah, adalah 4 spasi dan diberi garis pemisah kurang lebih 3 cm, dari tepi kiri naskah ke tengah-tengah antara teks dengan catatan kaki.
  • Jarak Khusus (Bagian II). Nomor catatan kaki dapat diangkat sedikit ke atas dari, tetapi jangan sampai mencapai satu spasi. Nomor tersebut jaraknya 6 karakter ketikan dari garis tepi sebelah kiri. Jika catatan kaki lebih dari satu baris, maka baris kedua diketik pada garis tepi dari teks dengan jarak satu spasi. Contoh:
    • Imawan, Riswandha, Metodologi Penelitian, Program Pasca Sarjana Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 1997.
    • Mc Quail, Dennis, Mass Communications Theories an Introduction, London Sage Publication, 1994.
  • Penulisan Referensi. Apabila catatan kaki terdiri dari kumpulan tulisan yang bersal dari suatu buku, penuisannya adalah sebagai berikut:
    • Siregar, Ashadi, Analisis atas perspektif genderisme atas majalah wanita di Indonesia, Lembaga Penelitian UGM, Yogyakarta, 1992. Bejana Wanita, Panitia Dialog Perempuan dlam Iklan Kalyanamitra, Jakarta, 1996. Laksono, Karlina, Bahasa untuk Perempuan: Dunia Tersempitkan, Jurnal Perempuan No.6 Februari-April, Jakarta, 1998.
  • Penulisan Referensi (Bagian II). Jika catatan kaki mengambil dari buku terjemahan, maka tulislah nama penulis asli buku tersebut, BUKAN penerjemahnya. Misalnya:
    • Douglas A Boyd, Critical Studies in Mass Communication, terjemahan Sumarsono, BP3U Surabaya, 2000.
  • Penulis Nama. Penulisan nama pengarang dlakukan menurut urutan nama yang sewajarnya, sesuai dengan yang tertulis pada buku yang diacu. Pangkat atau gelar seperti Prof. Dr. Mr.dan sebagainya tidak disebutkan.
  • Keterangan Tambahan (Bagian I). Keterangan atau penjelasan tentang penerbit, harus disusun secara urut seperti nama, tempat, tahun penerbitan, nomor halaman dan sebagainya.
  • Keterangan Tambahan (Bagian II). Jika buku tersebut dicetak berulang kali, maka harus ditunjukkan “Cetakan ke..” di belakang judul buku yang dirujuk, denan diberi garis bawah. Antara judul dengan keterangan tentang cetakan dapat diberi pemisah dengan tanda koma.
    • Littlejohn, Stephen W, Theories of Human Communication, Fifth Edition, Wardaworth Publishing Company, USA, 1996.
  • Keterangan Tambahan (Bagian III). Jika sumber berasal dari majalah, maka ditulis seperti ini:
    • Gunawan Muhammad, Pembreidelan itu, Buku Putih Tempo, Jakarta 1996.
  • Keterangan Tambahan (Bagian IV). Jika sumber berasal dari buku yang berjilid-jilid, keterangan jilid itu harus diletakkan sebelum nama penerbit. Contohnya:
    • S Susanto, Teori Komunikasi dan Praktek Jilid I, Bina Cipta, Bandung, 1977.
  • Keterangan Tambahan (Bagian V). Jika buku yang dirujuk tidak diketahui nama penggarangnya, misalnya dari suatu artikel dalam majalah, maka nama penulis bisa ditiadakan, sehingga catatan kaki bisa dimulai dari judul karangan. Misalnya:
    • “Kendala Export Non Migas”, Majalah SWA, September, 1996.
  • Keterangan Tambahan (Bagian VI). Jika catatan kaki berasal dari tulisan surat kabar, maka cara menulisnya sebagai berikut:
    • “Surabaya Post”, 24 Mei, 1997.
  • Abreviasi (Bagian I). Jika buku yang dijadikan catatan kaki tersebut berasal dari 3 orang atau lebih, maka yang disebut adalah pengarang pertamanya saja. Tetapi di belakangnya ditambah dengan kata-kata “et-al” yang diletakkan dalam tanda kurung. Kata-kata et al disini berarti dengan kawan-kawan.
  • Abreviasi (Bagian II). Menulis catatan kaki pada cara membuat buku tidak perlu ditulis selengkap-lengkapnya. Jika suatu sumber sudah pernah dituliskan sebelumnya dengan lengkap, maka catatan kaki tersebut dapat dipersingkat dengan menggunakan singkatan. Misalnya, ibid, op. cit., atau cit.
    • Ibid, adalah kependekan dari ibidem yang artinya, pada tempat yang sama. Ibid digunakan jika suatu kutipa diambil dari sumber yang sama dengan yang dituliskan pada lembar sebelumnya.
    • cit. merupakan kependekan dari Opera Citato artinya, dalam karangan yang pernah disebut sebelumnya. Op.cit. digunakan untuk merujuk pada karangan atau buku yang telah dituliskan sebelumnya dengan lengkap pada halaman lain, serta sudah diselingi dengan sumber-sumber lain. Jadi yang dituliskan: nama penulis, op.cit. (diberi garis bawah) serta nomor halaman. Jika dari seorang pengarang yangmenyebut dua buku ataupun lebih, maka perlu ditambah dengan nama buku tersebut.
    • cit., adalah kependekan dari Loco Citato, yang artinya pada tempat yang telah disebutkan. Fungsi loc.cit. adalah untuk menunjuk pada halaman yang sama dari sumber yang sudah dituliskan sebelumnya. Yang dituliskan adalah nama akhir pengarang, loc.cit. (digarisbawahi), nomor halaman tidak usah ditulis kembali karena dengan sendirinya sama dengan halaman buku yang telah dituliskan sebelumnya. Contoh pemakaiannya.
      • Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Remaja Karya, Bandung, 1984, hal:1977. Ibid. Hal 29 (berarti sama dengan buku yang disebut sebelumnya)
      • Tilaar, Martha, Wanita dalam Iklan, Kumpulan Makalah Seminar Wanita dalam Media Massa, hal. 97, SCTV, Jakarta, 1992. Laksono karlina, loc.cit., hal.23.

Demikianlah ciri-ciri footnote atau catatan kaki dalam menerbitkan buku. Diharapkan dengan penjelasan ini, calon penulis dapat memahami tata cara penulisan catatan kaki untuk menerbitkan buku. Hingga akhirnya salah satu elemen penulisan kecil tersebut dapat menunjang kredibilitas penulis itu sendiri. Karena hal besar dimulai dari yang kecil, maka perhatikan setiap detail sekecil apapun bahkan dalam menulis buku. Semoga artikel Menerbitkan Buku Digital: Footnote Pada Buku ini bermanfaat dan selamat menulis buku! Semoga Anda segera menemukan penerbit buku yang sesuai dengan harapan.

[Mas]

Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. 2009. Menulis Artikel & Karya Ilmiah. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.